Hai Sobat MeRlov! Pernah nggak sih kamu merasa emosimu gampang banget berubah-ubah? Kadang senang, sebentar lagi marah, lalu tiba-tiba sedih tanpa alasan yang jelas. Nah, hal ini bisa jadi tanda adanya gangguan regulasi emosi, terutama di masa remaja.
Fakta yang Perlu Diketahui
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi gangguan mental emosional pada kelompok usia 15–24 tahun di Indonesia mencapai 9,8%. Gejalanya bisa berupa:
- rasa cemas berlebihan,
- mudah marah,
- perubahan suasana hati yang ekstrem.
Fakta ini menunjukkan bahwa emosi tidak stabil bukan sekadar “remaja labil”, tetapi bisa menjadi pintu masuk masalah kesehatan mental yang lebih serius (Kemenkes RI, 2019).
Apa Itu Regulasi Emosi?
Regulasi emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengatur, mengendalikan, dan mengekspresikan emosinya secara tepat. Kalau kemampuan ini terganggu, seseorang bisa kesulitan mengendalikan reaksi emosinya terhadap suatu situasi.
Dampak Gangguan Regulasi Emosi
Jika tidak ditangani, gangguan regulasi emosi dapat berdampak serius dalam kehidupan remaja. Misalnya, hubungan sosial bisa terganggu karena sering terjadi konflik dengan teman atau keluarga. Selain itu, prestasi belajar juga berisiko menurun akibat sulitnya berkonsentrasi dan mengelola perasaan. Lebih jauh lagi, kondisi ini bisa meningkatkan risiko munculnya depresi atau kecemasan, bahkan sampai memicu perilaku menyakiti diri.
Tips Mengelola Emosi dengan Baik
Supaya lebih sehat secara emosional, remaja bisa mencoba langkah berikut:
- Kenali perasaanmu – coba pahami apa yang kamu rasakan dan kenapa.
- Ekspresikan dengan sehat – curhat ke teman/keluarga, atau tulis di jurnal.
- Gunakan teknik relaksasi – seperti menarik napas dalam, meditasi, atau olahraga.
- Jaga pola hidup sehat – tidur cukup, makan bergizi, dan kurangi main gadget berlebihan.
- Cari bantuan profesional – kalau emosi terasa makin sulit dikendalikan, jangan ragu konsultasi ke psikolog atau konselor.
Yuk, mulai sekarang kita lebih peka terhadap kondisi emosional diri sendiri maupun teman sekitar. Jangan sungkan mencari bantuan, karena kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Referensi :
- Kementerian Kesehatan RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
- American Psychological Association. (2020). Understanding Emotions and Emotional Regulation. Washington, DC: APA.
- Gross, J. J. (2015). Emotion regulation: Current status and future prospects. Psychological Inquiry, 26(1), 1–26.
- Santrock, J. W. (2018). Adolescence (16th ed.). New York: McGraw-Hill Education
